BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Masalah kelahiran seorang bayi
merupakan prioritas utama bagi kementrian kesehatan Republik Indonesia, itu
semua dikarenakan angka kematian ibu melahirkan yang semakin meningkat.
Permasalahan tersebut menjadi prioritas utama kementerian kesehatan Republik
Indonesia, sehingga pemerintah memberikan jaminan persalinan bagi seorang ibu
yang akan melahirkan, dengan harapan angka kematian ibu melahirkan dapat
berkurang. Jaminan persalinan yang diberikan pemerintah menjadikan penduduk
Indonesia semakin meningkat dengan kelahiran seorang bayi. Jaminan persalinan
diberikan kepada siapapun yang membutuhkan tanpa memandang status ekonomi.
Program itu pula yang memicu sebuah keluarga untuk memiliki anggota baru.
Disamping itu ada beberapa masalah dalam kehamilan ataupun kelahiran
seorang bayi (Nirmawati. Y., 2013)
Masa nifas atau post partum adalah
masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa
nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti
sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan
angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI)
adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita post partum (Hasnawati. et.all., 2010)
Secara global 80% kematian ibu
tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab langsung dimana-mana sama,
yaitu : perdarahan (25%, biasanya perdarahan pascapersalinan), sepsis (15%),
hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi aborsi tidak
aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%). World Health Organization (2008)
melaporkan pada tahun 2005 terdapat 536.000 wanita meninggal akibat akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan, dan 400 ibu meninggal per 100.000
kelahiran hidup (Maternal Mortality Ratio). Angka kematian ibu (AKI) di
negara maju diperkirakan 9 per 100.000 kelahiran hidup dan 450 per 100.000
kelahiran hidup di negara berkembang. Hal ini mengindikasikan bahwa 99% dari
kematian ibu oleh karena kehamilan dan persalinan berasal dari negara
berkembang (Saifuddin AB.et.all, 2012)
Di Negara berkembang seperti
indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis bagi ibu yang sehabis
melahirkan. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah persalinan dan
50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama (Prawirohardjo &
Sarwono, 2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks
yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan
pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan
obstetri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di
Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420
per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN
lainnya (Lestari. S.P., 2013).
Setiap tahun ada sekitar 200.000
juta ibu hamil di negara berkembang, 500.000 di antaranya akan meninggal karena
penyebab yang berhubungan dengan kehamilan, dan jutaan lainnya akan mengalami
komplikasi kehamilan yang signifikan. Selain itu, tujuh juta kematian perinatal
terjadi akibat masalah kesehatan maternal. Sedangkan 12% dari kematian ibu di
negara berkembang disebabkan karena eklampsia (Nirmawati. Y., 2013)
AKI mengacu pada jumlah kematian
ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI untuk
periode 5 tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun
2002-2003 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup (Ratu M.N. et.all.,
2012).
Menurut hasil survei di RSUD Raden
Mattaher Jambi tercatat bahwa jumlah persalinan dengan retensio plasenta, yaitu
: tahun 2011 kasus retensio plasenta terdapat 49 kasus (5,3 %) per 924
persalinan normal dan tahun 2012 kasus retensio plasenta terdapat 54 kasus (6,1
%) per 892 persalinan normal (Ratu M.N. et.all., 2012). Menurut Costance
Sinclair (2009), masalah-masalah yang terjadi pada ibu hamil dan melahirkan
seperti demam nifas, nyeri pada simfisis pubis, kesulitan berjalan atau berdiri
dan kesulitan dalam hubungan seksual, tromboflebitis pelvis septic, pendarahan
yang luar biasa disertai tingginya angka kematian ibu (AKI) memicu seorang ibu
menjadi cemas dan takut dalam mengandung ataupun melahirkan seorang bayi. Akan
tetapi banyak ibu yang belum mengetahui masalah-masalah tersebut karena
kurangnya informasi yang mereka peroleh.
Untuk mengatasi dampak negatif dari
masa postpartum yang kemungkinan akan terjadi, peran perawat sebagai edukator
untuk memberikan pengetahuan kepada wanita hamil atau melahirkan dan
penatalaksanaan seperti Manajemen aktif kala tiga persalinan mempercepat
kelahiran plasenta dapat mencegah atau mengurangi perdarahan postpartum sangat
diperlukan. Serta perawatan postpartum sampai kondisi pasien kembali normal
seperti sebelum hamil dapat dilakukan semaksimal mungkin. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan
pada Ny.D dengan Post Partum.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
perubahan sistem reproduksi dan manajemen laktasi pada ibu post partum?
2. Bagaimana
psikososial aspek periode post partum?
3. Bagaiman
nutrisi ibu menyusui?
4. Bagaimana
proses keperawatan pada masa postnatal?
C. TUJUAN
Memahami
perubahan sistem reproduksi, manajemen laktasi, psikososial aspek periode post
partum, nutrisi ibu menyusui dan proses keperawatan pada masa postnatal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BIOPSISIK ASPEK PERIODE
POST PARTUM
1.
Perubahan System Reproduksi
Selama
kehamilan
ibu akan mengalami perubahan anatomi fisiologis pada sistem organ tubuhnya. Oleh karena itu, perlu
disampaikan pada saat bidan
memberikan pendidikan kesehatan sewaktu ibu melakukan
kunjungan kehamilan. Pengenalan perubahan
anatomi
fisiologis
tubuh selama kehamilan
dapat mengadaptasikan ibu terhadap perubahan
tersebut. Sistem reproduksi ibu salah satu sistem yang memegang peranan penting
dalam kehamilan. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologis sistem reproduksi
meliputi perubahan
pada vagina
dan vulva, servik,
uterus dan ovarium.
a.
Vagina dan Vulva
Hormon
estrogen
mempengaruhi sistem reproduksi sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi dan
hiperemia pada vagina
dan vulva.
Peningkatan vaskularisasi menyebabkan warna kebiruan pada vagina yang disebut dengan
tanda Chadwick. Perubahan
pada dinding vagina
meliputi peningkatan ketebalan mukosa, pelunakan jaringan penyambung, dan
hipertrofi otot
polos. Akibat peregangan otot
polos menyebabkan vagina
menjadi lebih lunak.
Perubahan
yang lain adalah peningkatan sekret vagina dan mukosa vagina memetabolisme glikogen. Metabolisme
ini terjadi akibat pengaruh hormon estrogen. Peningkatan laktobasilus menyebabkan metabolisme
meningkat. Hasil metabolisme (glikogen) menyebabkan pH menjadi
lebih asam (5,2 – 6). Keasaman vagina berguna untuk mengontrol pertumbuhan
bakteri patogen.
b.
Servik
Perubahan
servik
merupakan akibat pengaruh hormon estrogen sehingga menyebabkan massa dan kandungan
air meningkat. Peningkatan vaskularisasi dan edema, hiperplasia dan
hipertrofi kelenjar servik
menyebabkan servik
menjadi lunak
(tanda Goodell) dan
servik
berwarna kebiruan tanda
Chadwick. Akibat pelunakan isthmus maka terjadi antefleksi uterus berlebihan pada
3 bulan pertama kehamilan.
c. Uterus
Pertumbuhan uterus dimulai setelah implantasi dengan proses hiperplasia dan hipertrofi sel. Hal ini terjadi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Penyebab pembesaran uterus antara lain:
1.
Peningkatan
vaskularisasi dan dilatasi
pembuluh darah;
2.
Hiperplasia dan
hipertrofi, dan
Uterus bertambah berat sekitar 70 – 1100
gram selama kehamilan. Ukuran uterus mencapai umur kehamilan aterm adalah 30 x
25 x 20 cm dengan kapasitas > 4000 cc. Perubahan
bentuk dan posisi uterus
antara lain: bulan pertama uterus
berbentuk seperti alpukat, 4 bulan berbentuk bulat, akhir kehamilan berbentuk bujur telur.
Rahim
yang tidak hamil/
rahim
normal
sebesar telur ayam, pada umur 2 bulan kehamilan
sebesar telur bebek dan umur 3 bulan kehamilan
sebesar telur angsa.
Selama kehamilan,
dinding-dinding otot
rahim
menjadi kuat dan elastis. Fundus
pada servik
mudah
fleksi disebut tanda Mc Donald. Korpus uteri
dan servik
melunak dan membesar pasca umur kehailan minggu ke 8 yang disebut tanda Hegar. Sedangkan
posisi rahim
pada awal kehamilan
adalah antefleksi atau retrofleksi,
pada umur kehamilan
4 bulan kehamilan
rahim
berada dalam rongga pelvis
dan setelahnya memasuki rongga perut.
Tinggi fundus uteri
selama kehamilan:
Umur Kehamilan
|
|
12 minggu
|
3 jari di atas simpisis
|
20 minggu
|
3 jari di bawah pusat
|
24 minggu
|
Setinggi pusat
|
28 minggu
|
3 jari di atas pusat
|
32 minggu
|
Pertengahan pusat
dengan prosessus xifoideus
|
36 minggu
|
Setinggi prosessus
xifoideus
|
40 minggu
|
2 jari di bawah
prosessus xifoideus
|
d. Ovarium
Selama kehamilan ovulasi berhenti. Pada awal kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatum dengan diameter sebesar 3 cm. Pasca plasenta terbentuk, korpus luteum gravidatum mengecil dan korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron.
2. Manajemen
laktasi
Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi
yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar
biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu(ASI)
merupakan makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonates (Nugroho, 2011, p.3). Komponen
yang terkandung didalam ASI sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan
perlindungan pertama terhadap infeksi. Proses pembentukan air susu merupakan
suatu proses yang kompleks melibatkan hipotalamus, dan payudara yang telah
dimulai saat fetus sampai pada paska persalinan. ASI yang dihasilkan memiliki
komponen yang tidak sama,dengan terjadinya kehamilan pada wanita akan berdampak
pada pertumbuhan payudara dan proses pembentukan air susu (Laktasi). Laktasi
adalah keseluruhan proses menyusui,mulai dari ASI di produksi sampai bayi
manghisap dan menelan (Prasetyono, 2009, p.61). Laktasi adalah suatu seni yang
harus di pelajari kembali tanpa diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang
mahal, yang diperlukan adalah kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui
dan dukungan dari berbagai pihak khususnya suami (Roesli, 2005, p.1). Menyusui terbaik untuk bayi karena ASI mudah
di cerna dan memberikan gizi dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan bayi, Menyusui
lebih nyaman dan lebih murah dari pada susu formula, dan ASI selalu siap pada
suhu yang stabil dengan temperatur tubuh (Proverawati, 2010, p.33). Manajemen Laktasi
1.
Pengertian
Manajemen
laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu
ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap
ibu dalam 3 tahap,yaitu pada masa kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan
sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya
sampai anak berumur 2 tahun(postnatal) (Perinasia, 2007, p.1). Manajemen
laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh ibu, ayah dan keluarga untuk
menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009, p.61) . Dan ruang lingkup
manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan,setelah persalinan,dan masa
menyusui bayi.
2.
Periode Manajemen
laktasi
a. Masa
kehamilan (Antenatal)
Hal yang perlu
diperhatikan dalam menejemen laktasi sebelum kelahiran adalah:
1. Ibu
mencari informasi tentang keunggulan ASi, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi,
serta dampak negative pemberian susu formula.
2. Ibu
memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi puting payudara,dan
memantau kenaikan berat badan saat hamil.
3. Ibu
melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu siap
untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI
yang mencukupi kebutuhan bayi.
4. Ibu
senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak kehamilan
trimester ke-2.makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan
yang dikonsumsi sebelum hamil (Prasetyono, 2009, p.62).
b. Masa
Persalinan (Perinatal) Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat
kelahiran adalah :
1) Masa
persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi
selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan benar baik posisi maupun cara
melekatkan bayi pada payudara ibu.
2) Membantu
ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui dapat dilakukan
tanpa jadwal.
3) Ibu
nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan (Prasetyono, 2009, p.62).
c. Masa
Menyusui (Postnatal)
Hal
yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah kelahiran adalah:
1. Setelah
bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran,ibu harus menyusui bayi
secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi
hanya diberi ASI tanpa makanan tambahan.
2. Ibu
mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa menyusui agar bayi
tumbuh sehat.
3. Ibu
harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan pikiran serta
menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
4. Ibu
selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk posyandu atau puskesmas).
Bila ada masalah dalam proses menyusui.
5. Ibu
tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada bayi usia 4 bulan
(Prasetyono, 2009, p.63).
3.
Manfaat menyusui
Jika seorang ibu memberikan air
susu ibu(ASI) kepada bayinya,hal ini dapat menguntungkan baik bagi bayinya
maupun ibu,antara lain:
a. Manfaat
ASI bagi bayi:
1)
Sebagai makanan tunggal
untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
2)
Meningkatkan daya tahan
tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang
sakit.
3)
Melindungi anak dari
serangan alergi.
4)
Mengandung asam lemak
yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi lebih pandai.
5)
Meningkatkan daya
penglihatan dan kepandaian berbicara.
6)
Membantu pembentukan
rahang yang bagus.
7)
Menunjang perkembangan
motorik sehiingga bayi akan cepat bias berjalan(Roesli, 2005, p.6).
b. Manfaat
ASI bagi ibu:
1)
Mengurangi perdarahan
setelah melahirkan.
2)
Mengurangi terjadinya
anemia
3)
Menjarangkan kehamilan
4)
Mengecilkan rahim
5)
Ibu lebih cepat
mengalami penurunan berat badan
6)
Mengurangi kemungkinan
menderita kanker
7)
Lebih ekonomis dan
murah
8)
Tidak merepotkan dan
hemat waktu
9)
Lebih praktis dan
portable
10) Memberi
kepuasan bagi ibu tersendiri (Roesli, 2005, p.7) .
c. Manfaat
ASI bagi Lingkungan:
1)
Mengurangi bertambahnya
sampah dan polusi di dunia
2)
Tidak menambah polusi
udara karena pabrik-pabrik yang mengeluarkan asap.
d. Manfaat
ASI bagi Negara:
1)
Penghemat devisa untuk
membeli susu formula dan perlengkapan menyusui
2)
Penghematan untuk biaya
sakit terutama sakit muntahmuntah, mencret dan sakit saluran nafas
3)
Penghematan
obat-obatan,tenaga dan sarana kesehatan.
4)
Menciptakan generasi
penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun Negara.
e. Manfaat
ASI bagi keluarga
1)
Aspek ekonomi: ASi
tidak perlu dibeli dan membuat bayi jarang sakit sehingga dapat mengurangi
biaya berobat
2)
Aspek psikologis:
menjarangkan kelahiran,dan mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
3)
Aspek kemudahan :
Sangat praktis sehingga dapat di berikan dimana saja dan kapan saja dan tidak
merepotkan orang lain.
Manajemen laktasi pada ibu bekerja
Manajemen laktasi pada ibu bekerja
adalah upaya yang dilakukan ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya
khususnya pada ibu yang bekerja.
Tehnik yang dianjurkan antara lain:
a. Sebelum
berangkat kerja ibu tetap menyusui bayinya
b. ASI
yang berlebihan dapat diperas atau di pompa,kemudian disimpan dilemari
pendingin untuk diberikan pada bayi saat ibu bekerja
c. Selama
ibu bekerja ASi dapat diperas atau di pompa dan di simpan di lemari pendingin
di tempat kerja,atau diantar pulang.
d. Bayi
dapat di titipkan ke tempat penitipan bayi apabila kantor atau instansi
menyediakan tempat.
e. Setelah
ibu di rumah,perbanyak menyusui yaitu saat malam hari Perawat bayi dapat
membawa bayi ketempat ibu bekerja bila
memungkinkan.
f. Ibu
dianjurkan untuk istirahat, minum cukup,makan dengan gizi cukup untuk menambah produksi ASI (Taufan,
2011, p.65).
Cara memerah ASI dengan tangan/jari
secara manual adalah
a. Cara
yang pertama ibu dianjurkan untuk mengambil sebuah mangkuk atau gelas yang
bersih dan diisi dengan air mendidih kedalamnya,lalu biarkan tertutup selama
beberapa menit,setelah itu ditiriskan.
b. Mencuci
tangan ibu dengan air dan sabun
c. Ibu
dianjurkan untuk duduk dan berdiri di tempat yang terang dan nyaman dan
dekatkan mangkok ke payudara ibu
d. Memegang
payudara dengan meletakkan ibu jari diatas areola sampai putting susu, dan jari
telunjuk tepat di bawahnya.
e. Menekan
dengan lembut payudara diantara ibu jari dan jari telunjuk ke belakang kearah
tulang dada
f. Diteruskan
dengan menekan ibu jari dan jari telunjuk serta melepaskannya secara
bergantian,setelah dilakukan berulangulang ASI akan mulai mengalir.
Cara penyimpanan ASI
ASI adalah cairan hidup,selain
makanan ASI mengandung zat anti infeksi,cara penyimpanan ASI perah akan
menentukan kualitas antiinfeksi dan makanan yang di kandungnya.
a. Anti
infeksi yang terkandung dalam ASI membantu ASI tetap segar dalam waktu yang
lebih lama karena akan menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam ASI perah
yang disimpan.
b. Setelah
di cairkan ASI harus habis dalam waktu 1 jam, dan sisa ASI tidak boleh
dimasukkan lagi dalam lemari es
c. Tulis
jam, hari dan tanggal saat diperah
Lama
Penyimpanan ASI
1.
Dalam ruangan dengan
suhu 27-32oC kolostrum dapat disimpan selama 12 jam
2.
ASI bisa bertahan pada
suhu ruangan atau di udara luar selama 6-8 jam
3.
ASI bisa bertahan dalam
termos es selama 24 jam
4.
ASI dapat bertahan 6
bulan pada freezer (Roesli,
2005)
Cara memberikan ASI perah dengan gelas
ataupun sendok adalah:
a.
Pangku bayi dengan
posisi setengah duduk di pangkuan ibu
b.
Tempelkan tepi cangkir/sendok
kecil berisi ASI perah,pada bibir bawah bayi sehingga ASI menyentuh bibir bayi
dan akan meminum dengan dorongan lidahnya
c.
Jangan menuangkan ASI
kedalam mulut bayi,pegang saja cangkir atau sendok diatas bibir bayi dan
biarkan bayi meminumnya sendiri
d.
Jika bayi merasa cukup
kenyang ia akan menutup mulutnya .
Cara
Memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi
a.
ASI dipanaskan dengan
cara membiarkan botol di aliri air panas yang bukan mendidih yang keluar dari
keran.
b.
Merendam botol di dalam
baskom atau mangkok yang berisi air panas atau bukan mendidih.
c.
Ibu tidak boleh
memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci atau alat pemanas
lainnya kecuali menggunakan alat khusus untuk memanaskan botol berisi simpanan
ASI.
d.
Susu yang sudah di
panaskan tidak bisa di simpan lagi.
Masalah laktasi pada Ibu bekerja
Semua
ibu harus memberikan ASI eksklusif kepada bayinya,saat ini diketahui bahwa fenomena
yang terjadi ibu yang bekerja banyak yang tidak menyusui bayinya sampai
mendapatkan ASI eksklusif.karena ibu-ibu yang bekerja memiliki pemikiran yaitu:
1. Ibu
mengkhawatirkan dan beranggapan bahwa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi
saat ibu bekerja.
2. Saat
ini sebagian besar ibu bekerja menghentikan menyusui bayinya dikarenakan alasan
pekerjaan yang memakan waktu lama.
3. Ibu
menganggap susu formula lebih praktis dan terjangkau, lebih mudah didapat
sehingga ibu yang bekerja tidak terlalu khawatir (Syarifah, 2008, p.58).
B. PSIKOSOSIAL
ASPEK PERIODE POST PARTUM
1.
Psikososial pada Masa Nifas
Proses adapatasi psikologi sudah
terjadi selama kehamilan,menjelang proses kehamilan maupun setelah persalinan.
Pada periode tersebut kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang
unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan
dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
bidan dan keluarga untuk membantu ibu beradaptasi pada masa nifas adalah peran
dan fungsinya ibu menjadi orang orang tua, respond an dukungan psikososial dari
keluarga, sejarah riwayat, dan pengalaman masa kehamilan dan
persalinannya,harapan,keinginan dan aspirasi pada saat hamil dan melahirkan.
Semuanya saling berkaitan selama proses adaptasi nifas. Ketidakbahagiaan masa
kehamilan akan memperburuk adaptasi fase nifasnya. Jadi hal-hal yang perlu
diperhatikan selama masa nifas ialah:
1. Kondisi fisiknya, seperti kesehatan organ reproduksi ibu
2. Gizi dan lingkungna nifas yang bersih.
3. Pemberian dukungan dari suami atau kelurga besarnya.
2.
Masalah- Masalah Psikologis pada Masa Nifas
Depresi
post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung 30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada
tahun 1988. Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke
hari dengan menunjukkan kelelahan , mudah marah, gangguan nafsu makan, dan
kehilangan libido. Tingkat keparahan depresi post partum bevariasi. Keadaan
ekstrim yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang
berlangsung sangat cepat pada masa awal post partum, yang disebut dengan “ baby
blues/ maternity blues”. Gangguan post partum yang paling berat disebut
“psikosis/psikosa post partum atau melankolia”. Diantara dua keadaan ekstrim
tersebut terdapat keadaan yang mempunyai tingkat keparahan sedang yaitu
“depressi post partum/neurosa post partum” . (Regina , 2011)
a. Baby Blues
Post partum blues merupakan problem
psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan,labilitas persaan dan
depresi pada ibu . Diperkirakan hampir 50-70% seluruh wanita pasca melahirkan
akan mengalami baby blues atau post natal syndrome yang terjadi pada hari ke-4
-10 pasca persalinan.
b.
Depresi Post Partum
Depresi
post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu baru
akan merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih
oleh beban terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa
melakukan apapuan untuk menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat
berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih
berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di samping itu,ibu mungkin
terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu (usia
35-50 tahun). Misalnya gagalnya mencapai sasaran-sasaran yang telah di
rencanakan anak-anak mulai meningalkan rumah dan lain-lain,semua ini bisa
menyebabkan depresi.Menurut catatan psikiater orang-prang yang menikah lebih
banyak mengalami depresi dari pada yang
yang tidak menikah.Para ahli mengatakan hal ini di sebabkan oleh
konflik-konflik interpersonal yang timbul dalam relasi yang dekat didalam
perkawinan.
Di
samping itu perempuan dua kali lebih banya di diagnosa sebagai memngalami
depresi dari pada laki-laki penyeba masie belum di ketahui dengan pasti.Apakah
mungkin karena bedanya biologis karena wanita lebih mudah menyatakan perasaanya
atau karena perempuan lebih banyak mengalami stress sosial karena tidak
berhasil memenuhi keinginan mereka di masyarakat.
C. NUTRISI
IBU MENYUSUI
Ibu yang menyusui hendaknya menjaga
kualitas ASInya dengan makanan yang sehat dan bergizi. Selain itu kondisi tubuh
juga harus dijaga. Berikut ini beberapa makanan sehat untuk ibu
menyusui antara lain:
a.
Ikan Salmon
Sebetulnya jenis ikan-ikanan baik untuk ibu
menyusui, namun yang paling baik adalah Ikan salmon. Salmon memiliki kandungan
omega-3 berjenis EPA (Eicosapentaenoic acid) dan DHA (Docosahexaenoic acid).
DHA sangat bagus bagi perkembangan sarat dan meningkatkan kecerdasan sang bayi,
sedangkan EPA baik untuk jantung dan pembentukan sel darah.
b.
Susu Rendah Lemak
Saat ini banyak ibu memilih susu rendah lemak
non-sapi yang biasa dikenal dengan Susu Soya atau Susu Kedelai. Susu kedelai
ini bermanfaat untuk mengatasi alergi pada bayi. Selain itu, susu kedelai
mengandung lesithin, antioksidan, saponin dan isoflavon; kandungan zat untuk
pencegahan pertumbuhan sel tidak normal.
c.
Daging Sapi Tanpa Lemak
Mengkonsumsi daging sapi non-lemak sangat bagus
karena mengandung banyak zat besi. Dimana zat besi dibutuhkan oleh ibu untuk
menambah energi yang terkuras akibat pasca melahirkan dan menyusui.
d.
Jeruk dan Sayuran
Jeruk mengandung vitamin c dimana sangat bagus untuk
suplai ibu yang menyusui. Vitamin c sangat dibutuhkan oleh ibu saat menyusui
dibanding saat hamil.
Sedangkan sayuran jelas bermanfaat bagi nutrisi dan pencernaan bayi anda.
e.
Roti Gandum
Gandum mengandung asam folat yang sangat bagus bagi
perkembangan otak bayi. Asam folat jelas merupakan asupan penting bagi ASI.
Anda bisa mengkonsumsi roti gandum untuk mensuplai kebutuhan asam folat. Selain
gandum, sayuran yang mengandung asam folat tinggi yaitu bayam, jagung, kentang.
f.
Telur
Telur juga penting bagi Ibu menyusui karena mengandung sumber vitamin D yang tinggi. Vitamin D berfungsi untuk menjaga tulang ibu dan perkembangan tulang bayi pada masa pertumbuhan.
Telur juga penting bagi Ibu menyusui karena mengandung sumber vitamin D yang tinggi. Vitamin D berfungsi untuk menjaga tulang ibu dan perkembangan tulang bayi pada masa pertumbuhan.
g.
Air putih
Frekeunsi air yang keluar lewat ASI dan aktifitas
ibu yang lainnya jelas membutuhkan air putih agar tidak kekurangan cairan.
Minumlah air putih yang berkualitas, jika mengkonsumsi air kemasan pilihlah
yang terbaik.
Dengan
mengkonsumsi makanan
sehat untuk ibu menyusui di atas diharapkan nutrisi sang ibu
terpenuhi dengan baik, maka ASI yang keluar pun juga banyak. Sehingga sang bayi
akan mendapat asupan ASI dengan gizi yang seimbang. Ketika seorang ibu yang
sedang menyusui mengalami kondisi badan yang kurang sehat, bisa jadi ASI yang
dihasilkan pun kurang banyak. Anda bisa menambahkan makanan
atau minuman agar ASI anda bisa bertambah. Di apotek atau toko-toko seperti
super dan mini market sudah banyak dijual susu yang memang dikhususkan untuk
mencukupi asupan gizi bagi ibu yang sedang menyusui.
Menu
makan yang seimbang sarat akan gizi serta dengan didukung olahraga ringan bagi
ibu yang sedang menyusui bisa menjadi kombinasi yang bagus. Jangan lupa juga
untuk beristirahat dengan istirahat yang cukup. Menjauhkan dari makanan yang
tidak sehat serta menghindarkan diri dari minuman seperti alcohol akan menjaga
kondisi tubuh bagi ibu yang sedang menyusui. Peran suami juga penting
dalam memperhatikan suplai makanan yang baik untuk ibu menyusui.
D.
PROSES PERAWATAN PADA MASA POST
NATAL
1.
PENGKAJIAN
a.
Pengkajian Fisik
1)
Riwayat kesehatan sebelumnya
2)
Tanda-tanda Vital
3)
Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara,
management engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
4)
Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
striae.
5)
Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
6)
Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
7)
Rektum: hemoroid, dll.
8)
Aktivitas sehari-hari.
b.
Pengkajian Psikologis
1)
Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan.
2)
Spesifik: depresi postpartum.
3)
Seksualitas: siklus menstruasi,pengeluaran ASI dan penurunan
libido.
2.
DIAGNOSA KEBIDANAN
1)
Nyeri b.d. Agen injuri fisik (trauma jalan lahir,
episiotomi).
2)
Menyusui tidak efektif b.d. Kurang pengetahuan ibu,
terhentinya proses menyusui.
3)
Risiko infeksi b.d. Faktor risiko: Episiotomi, laserasi
jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan.
4)
Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
5)
Gangguan eliminasi BAB : Konstipasi berhubungan dengan
penurunan peristaltik, nyeri episiotomi, penurunan aktivitas.
6)
Kurang pengetahuan: Perawatan post partum b.d. Kurangnya
informasi tentang penanganan postpartum.
3.
INTERVENSI
Dx 1
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
ibu berkurang
Kriteria
hasil : skala nyeri 0-1, ibu mengatakan
nyerinya berkurang sampai hilang, tidak merasa nyeri saat mobilisasi , tanda
vital dalam batas normal . S = 37 C . N = 80 x/menit, TD = 120/80 mmHG , R = 18
– 20 x / menit
Intervensi :
a.
Kaji ulang skala nyeri
R/ mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b.
Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi
rasa nyeri
R/ untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
R/ untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c.
Motivasi : untuk mobilisasi sesuai indikasi
R/ memperlancar pengeluaran lochea, mempercepat involusi dan
mengurangi nyeri secara bertahap.
d.
Berikan kompres hangat
R/ meningkatkan sirkulasi pada perinium
e.
Delegasi pemberian analgetik
R/ melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri
berkurang
Dx 2
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan
diharapkan ibu dapat mencapai
kepuasan menyusui
kepuasan menyusui
Kriteria
hasil : ibu mengungkapkan proses situasi
menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervesi :
a.
Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang
menyusui sebelumnya.
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b.
Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional : posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah
putting yang dapat merusak dan mengganggu.
c.
Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
d.
R/ agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
Dx 3
Tujuan : setelah diberikan askep
diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi
Kriteria
hasil : dapat mendemonstrasikan teknik
untuk menurunkan resiko infeksi, tidak terdapat
tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
a.
Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan
kondisi jahitan episiotomi.
R/ untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.
R/ untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.
b.
Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
R/ pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media
yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.
c.
Pantau tanda-tanda vital.
R/ peningkatan suhu > 38°C menandakan infeksi.
d.
Lakukan rendam bokong.
R/ untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi
udema.
e.
Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
R/ membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.
Dx 4
Tujuan :
Kebutuhan ADL-nya dapat terpenuhi dengan kriteria :
Kriteria
hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari tanpa bantuan orang lain, keadaan umum baik, kekuatan otot baik
Intervensi:
a.
Kaji kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
R/
mengetahui
kemampuan klien dan dapat memenuhi kebutuhannya
b.
Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.
R/ bantu dan latihan yang teratur membiasakan klien melakukan
aktivitas sehari-hari.
c.
Anjurkan keluarga untuk kooperatif dalam perawatan
R/ keluarga dapat membantu dan bekerja sama memenuhi
kebutuhan klien dan mempercepat proses penyembuhan.
Dx 5
Tujuan : Gangguan eliminasi teratasi.
Kritenia
hasil : Klien secara verbal mengatakan
mampu BAB normal tanpa keluhan sesuai pola.
Intervensi :
a.
Kaji bising usus, diastasis recti.
R/ mengevaluasi fungsi usus. Diastasis recti berat
menurunkan tonus otot abdomen yang diperlukan untuk mengejan selama
pengosongan.
b.
Kaji adanya Hemoroid.
R/ hemoroid akan menyebabkan gangguan eliminasi.
c.
Anjurkan diet makanan tinggi serat, peningkatan cairan.
R/ makanan tinggi serta dan peningkatan cairan merangsang eliminasi.
d.
Anjurkan peningkatan aktivitas dan ambulasi sesuai
toleransi.
R/ membantu peningkatan peristaltik gastrointestinal.
e.
Kolaborasi pemberian laksantif, supositona atau enema.
R/ meningkatkan untuk kembali ke kebiasaan defekasi normal
dan mencegah mengejan atau stress perianal selama pengosongan
Dx 6
Tujuan : setelah diberikan askep diharapkan
pengetahuan ibu tentang perawatan dini dan bayi bertambah
Kriteria
hasil : mengungkapkan kebutuhan ibu pada
masa post partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan
alasannya seperti perawatan bayi, menyusui, perawatan perinium.
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perawatan
dini (perawatan perineal) perubahan fisiologi, lochea, perubahan peran,
istirahat, KB.
R/ membantu mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan dan
berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
b. Berikan informasi tentang perawatan
bayi (perawatan tali pusat, ari, memandikan dan imunisasi).
R/ menambah pengetahuan ibu tentang perawatan bayi sehingga bayi
tumbuh dengan baik.
c. Sarankan agar mendemonstrasikan apa
yang sudah dipelajari.
R/ memperjelas pemahaman ibu tentang apa yang sudah
dipelajari.
E. Psikososial pada Masa Nifas
Proses
adapatasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan,menjelang proses kehamilan
maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut kecemasan seorang wanita dapat
bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas
merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai
bertambah.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan bidan dan keluarga untuk membantu ibu beradaptasi
pada masa nifas adalah peran dan fungsinya ibu menjadi orang orang tua, respond
an dukungan psikososial dari keluarga, sejarah riwayat, dan pengalaman masa
kehamilan dan persalinannya,harapan,keinginan dan aspirasi pada saat hamil dan
melahirkan. Semuanya saling berkaitan selama proses adaptasi nifas.
Ketidakbahagiaan masa kehamilan akan memperburuk adaptasi fase nifasnya. Jadi
hal-hal yang perlu diperhatikan selama masa nifas ialah:
1. Kondisi fisiknya, seperti kesehatan organ reproduksi ibu
2. Gizi dan lingkungna nifas yang bersih.
3. Pemberian dukungan dari suami atau kelurga besarnya.
B.
Masalah-
Masalah Psikologis pada Masa Nifas
Depresi
post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan
berlangsung 30 hari. Depresi post partum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada
tahun 1988. Depresi post partum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke
hari dengan menunjukkan kelelahan , mudah marah, gangguan nafsu makan, dan
kehilangan libido. Tingkat keparahan depresi post partum bevariasi. Keadaan
ekstrim yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami kesedihan sementara yang berlangsung
sangat cepat pada masa awal post partum, yang disebut dengan “ baby blues/
maternity blues”. Gangguan post partum yang paling berat disebut
“psikosis/psikosa post partum atau melankolia”. Diantara dua keadaan ekstrim
tersebut terdapat keadaan yang mempunyai tingkat keparahan sedang yaitu
“depressi post partum/neurosa post partum” . (Regina , 2011)
1.
Baby Blues
Post
partum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan
kecemasan,labilitas persaan dan depresi pada ibu .
Diperkirakan
hampir 50-70% seluruh wanita pasca melahirkan akan mengalami baby blues atau
post natal syndrome yang terjadi pada hari ke-4 -10 pasca persalinan.
2.
Depresi
Post Partum
Depresi post partum merupakan
tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu baru akan merasa
benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban
terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan
apapuan untuk menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat berlangsung
selama 3 bulan atau lebih dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau
lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di samping itu,ibu mungkin terlalu
memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai seorang ibu.
(usia 35-50 tahun) .Misalnya
gagalnya mencapai sasaran-sasaran yang telah di rencanakan anak-anak mulai
meningalkan rumah dan lain-lain,semua ini bisa menyebabkan depresi.Menurut
catatan psikiater orang-prang yang menikah lebih banyak mengalami depresi dari
pada yang yang tidak menikah.Para ahli
mengatakan hal ini di sebabkan oleh konflik-konflik interpersonal yang timbul
dalam relasi yang dekat didalam perkawinan.
Di samping itu perempuan dua kali
lebih banya di diagnosa sebagai memngalami depresi dari pada laki-laki penyeba
masie belum di ketahui dengan pasti.Apakah mungkin karena bedanya biologis
karena wanita lebih mudah menyatakan perasaanya atau karena perempuan lebih
banyak mengalami stress sosial karena tidak berhasil memenuhi keinginan mereka
di masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perubahan System Reproduksi Selama kehamilan
ibu akan mengalami perubahan anatomi fisiologis pada sistem organ tubuhnya.Perubahan
anatomi
dan adaptasi fisiologis sistem reproduksi
meliputi perubahan
pada vagina
dan vulva, servik,
uterus dan ovarium.
Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
terhadap ibu dalam 3 tahap,yaitu pada masa kehamilan(antenatal), sewaktu ibu
dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui
selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun(postnatal) (Perinasia, 2007, p.1). Ibu
yang menyusui hendaknya menjaga kualitas ASInya dengan makanan yang sehat dan
bergizi. Selain itu kondisi tubuh juga harus dijaga.seperti mengkonsumsi Ikan
Salmon, Susu Rendah Lemak, Daging Sapi Tanpa Lemak, Jeruk dan Sayuran, Roti
Gandum, Telur,Air putih.
B.
Saran
Diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Diharapkan dengan makalah ini dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga
dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education pada ibu post
partum.